Filed under: by: Hehehe....

UMUR ALAM SEMESTA

Oleh: DR. Winardi Sutantyo
Dosen pada Departemen Astronomi, Institut Teknologi Bandung.

Berapakah umur alam semesta? Berbagai disiplin ilmu pengetahuan seperti astronomi, biologi, geofisika, geologi, paleontologi semua menunjukkan bahwa umur alam semesta sudah milyaran tahun. Hal ini sudah diterima secara umum dan tidak diperdebatkan lagi. Berikut ini beberapa bukti astronomis tentang umur alam semesta.

1.Teori yang bisa menjelaskan pemancaran energi oleh matahari (dan bintang lainnya) adalah rangkaian reaksi nuklir yang menyatukan empat inti hidrogen menjadi satu inti helium. Reaksi ini membebaskan energi yang besar. Reaksi proton-proton yang mengawali rangkaian ini mempunyai cross section (laju reaksi) yang sangat kecil. Beruntunglah kita karena reaksi ini sangat lambat. Kalau tidak, semua bintang akan segera meledak begitu reaksi itu terjadi, dan kita tidak pernah ada!
Reaksi ini bisa berlangsung stabil selama milyaran tahun (untuk matahari sekitar 10 milyar tahun). Kita tahu massa matahari (dari gerak orbit planet). Kita juga tahu komposisi kimia matahari (secara spektroskopi). Maka kita dapat membuat simulasi dengan komputer bagaimana matahari berkembang (ber-evolusi). Untuk mencapai tahap keadaan matahari sekarang diperlukan waktu lima milyar tahun. Jadi umur matahari sekarang sekitar 5 milyar tahun. Umur matahari akan mencapai 10 milyar tahun. Nantinya matahari akan menjadi bintang raksasa merah (seperti bintang Antares di rasi Scorpio) dan akhirnya menjadi bintang katai putih.
Apakah ada bukti yang mendukungnya? Ya, ada! Para ahli geologi dan paleontologi menemukan umur geologis yang juga berorde milyaran tahun. Adanya fosil-fosil yang berumur milyaran tahun juga menunjukkan bahwa di bumi milyaran tahun yang lalu sudah ada kehidupan. Berarti milyaran tahun yang lalu matahari sudah ada dan keadaannya tak jauh berbeda dari sekarang (kehidupan, bagaimana pun sederhananya memerlukan matahari yang keadaannya tidak berbeda dengan matahari sekarang).

2. Ditemukannya galaksi-galaksi pada jarak milyaran tahun cahaya menunjukkan bahwa umur alam semesta ini sudah milyaran tahun (cahaya dari galaksi-galaksi itu memerlukan waktu milyaran tahun untuk mencapai bumi).
Sebuah galaksi yang berjarak 60 juta tahun cahaya

3. Hubble menunjukkan bahwa galaksi-galaksi saling menjauhi (lihat bawah). Dengan menelusur balik dari kecepatan menjauh ini dapat ditentukan umur alam semesta sekitar 15 milyar tahun.

Alam semesta bermula dengan suatu ledakan besar (big bang). Bukti terjadinya big bang ini ditemukan pada tahun 1965 oleh Penzias dan Wilson yang menemukan radiasi latar belakang gelombang mikro yang bertemperatur 3 derajat Kelvin (minus 270 derajat Celcius). Radiasi latar belakang ini merupakan sisa radiasi yang berasal dari big bang. Penzias dan Wilson memperoleh hadiah Nobel Fisika tahun 1978 untuk penemuannya ini. Penemuan ini dikokohkan oleh pengamatan oleh satelit COBE milik NASA pada tahun 1992.
Setelah terjadinya big bang alam semesta mengembang. Pengembangan alam semesta ini pertama kali diperlihatkan oleh Edwin Hubble pada tahun 1929 dengan mengamati pergeseran garis-garis spektrum pada galaksi-galaksi yang jauh. Hubble mendapatkan bahwa galaksi-galaksi bergerak saling menjauhi, makin jauh jaraknya, makin besar kecepatannya.
Teori big bang menyatakan bahwa pada saat terbentuknya, alam semesta didominasi oleh radiasi atau energi. Pada fase pengembangan berikutnya terbentuklah mula-mula quark, kemudian proton dan neutron, lalu helium dan deuterium, atom, dan selanjutnya: materi antar bintang, bintang, galaksi dan seterusnya. Unsur berat dibentuk di pusat bintang, dan oleh ledakan supernova di cerai beraikan dalam alam semesta. Dari big bang hingga proses terbentuknya bintang-bintang dan galaksi terentang waktu ratusan ribu sampai milyaran tahun.

Penciptaan menurut Kitab Kejadian
a) Urutan penciptaan
Perhatikan Kejadian 1:3, “Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah terang.’ Lalu terang itu jadi.” Ini adalah hari pertama penciptaan. Lalu perhatikan Kejadian 1:14, “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam.” Ini pada hari keempat. Ini sungguh aneh. Orang-orang pada waktu itu – seperti kita juga sekarang – tahu bahwa terang di bumi berasal dari matahari, bulan dan bintang-bintang. Mengapa ditulis bahwa terang diciptakan lebih dahulu daripada sumbernya? Tetapi coba kita bandingkan dengan teori big bang. Pada mulanya, ketika ledakan besar itu terjadi, alam semesta didominasi oleh radiasi. Terang atau cahaya adalah suatu bentuk radiasi. Jadi pada mulanya memang teranglah yang terjadi. Alangkah cocoknya dengan Kejadian 1! Matahari dan bintang-bintang baru terbentuk lama, lama sekali, yaitu ratusan ribu sampai milyaran tahun setelah big bang. Tetapi, seperti akan didiskusikan di bawah, kita juga harus hati-hati dalam menerima kecocokan itu.

b) Waktu penciptaan
Kitab kejadian mengisahkan bahwa Allah menciptakan alam semesta dalam enam hari, sedang ilmu pengetahuan menyimpulkan bahwa alam semesta telah mengalami proses selama milyaran tahun. Lalu bagaimana kita menyikapinya? Kita tidak bisa menyimpulkan bahwa satu hari di Kejadian 1 adalah 24 jam kita sekarang. Berikut ini beberapa argumen alkitabiah untuk menafsirkan bahwa hari-hari penciptaan dalam Kejadian 1 sebagai waktu yang panjang dan bukan hanya sekedar 144 jam.

1. Perspektif waktu Tuhan jauh berbeda dengan manusia (Mazmur 90:4; 2 Petrus 3:8).
2. Kata-kata Ibrani yom, 'ereb, dan boqer (hari, petang dan pagi) mempunyai penggunaan yang luwes dan bukan hanya bagian dari 24 jam. Juga jumlah hari tidak selalu merujuk kaku pada selang waktu 24 jam. [lihat no.5]
3. Hari ke-tujuh berlangsung mulai Perjanjian Lama, Baru dan seterusnya ke masa depan (Ibrani 4:1-11).
4. Waktu antara penciptaan Adam dan Hawa dalam Kejadian 2 tampak memerlukan selang yang jauh melebihi 24 jam. Misalnya Kejadian 2:20 menyebut bahwa manusia (Adam) memberi nama pada semua hewan. Ahli biologi Linnaeus memerlukan waktu puluhan tahun untuk mengklasifikasi semua jenis species yang diketahui di Eropa pada abad ke-18.
5. Dalam Kejadian 2:4 kata untuk "hari," yom, merujuk pada seluruh waktu penciptaan. Ini untuk memperlihatkan keluwesan penggunaannya (lebih jelas bila dibaca pada Alkitab versi KJV:

"These are the generations of the heavens and of the earth when they were created, in the day that the LORD God made the earth and the heavens,")

Kesimpulan
Kesimpulan pertama yang bisa diambil, Kejadian 1 tidak seharusnya ditafsirkan secara literal. G.L. Archer dalam bukunya “Encyclopedia of Bible Difficulties” (Zondervan, 1982) mengatakan:
“To be sure, if we were to understand Genesis 1 in a completely literal fashion – which some suppose to be the only proper principle of interpretation if the Bible is truly inerrant and completely turstworthy – then there would be no possibility of reconciliation between modern scientific theory and the Genesis account. But true and proper belief in the inerrancy of Scripture involves neither a literal nor a figurative rule of interpretattion.”
(Jelasnya, bila kita harus memahami Kejadian 1 secara literal sepenuhnya – yang oleh sementara orang dianggap sebagai satu-satunya prinsip penafsiran yang tepat bahwa Alkitab benar-benar tidak salah dan bisa dipercaya sepenuhnya – maka tidak mungkin ada rekonsiliasi antara ilmu pengetahuan modern dengan kisah di Kejadian. Tetapi keyakinan yang benar dan tepat tentang kebenaran Alkitab tidak harus dengan menafsirkannya secara literal maupun figuratif.)

Lalu bagaimana kita harus memahami Kejadian 1? Dalam diskusi dengan beberapa ahli dan pengamat teologi dalam suatu milis, penulis berkesimpulan:
1. Isunya bukan soal mencocok-cocokkan dua paradigma (Alkitab dan ilmu pengetahuan), namun menerima kedua paradigma pada horisonnya masing-masing. Perlakuan terhadap teks Alkitab dan perlakuan terhadap teks yang dihasilkan ilmu pengetahuan tidak perlu dan tidak boleh sama. Kosmologi Kejadian 1 hanya jembatan menuju refleksi kita mengenai kosmogoni. Bahwa ada satu pencipta yang mencipta semesta dalam keteraturan (harmoni). Bagaimana detailnya, lantas menjadi tugas ilmu pengetahuan. Bisa saja teori big bang, bisa saja yang lain. Memperlakukan Alkitab dengan sikap ilmiah, dengan cara mencari detail jelas keliru. Mereka yang melakukan ini butuh kepastian terlebih dahulu bahwa Alkitab harus inerrant (tidak salah) dalam hal ilmu pengetahuan juga. Namun kalau kita menolak inerrancy (ketidak salahan) dan menerima infallibity (ketidak penyesatan) Alkitab, artinya, menerima pesan utama teks Kejadian 1, maka tidak ada masalah sama sekali dengan bagaimana data, detail dan fakta diungkapkan oleh ilmu pengetahuan.
2. Kejadian 1 adalah narasi mengenai perubahan dari ketidakteraturan menuju keteraturan, dari chaos menuju cosmos, menuju keseimbangan; dimana yang disoroti di sana bukanlah berlangsungnya proses itu sendiri melainkan peran Tuhan dalam kerangka ruang dan waktu, yang pada gilirannya melahirkan konsep "Tuhan yang hadir dalam sejarah".

·


0 komentar: